Kader PRIMA Berhasil Dampingi 4.528 Individu Rentan Dapatkan Vaksinasi COVID-19

Warga Kabupaten Bekasi terlibat dalam kampanye sadar penyakit tidak menular dan gizi yang dilaksanakan Kader PRIMA. (Sumber gambar: Dok. CISDI)

Peran Kader PRIMA sangat signifikan mendorong peningkatan vaksinasi individu rentan di 21 puskesmas intervensi. Mereka tidak hanya berperan sebagai sumber informasi, tetapi juga untuk melakukan pendataan, pendampingan, serta advokasi masyarakat tentang pentingnya vaksinasi COVID-19.

Februari 2022 lalu, Indonesia menghadapi kenaikan jumlah kasus COVID-19 mencapai 26.217 pasien sehari. Sementara persentase lansia divaksin dosis kedua baru mencapai 43% dan kelompok rentan lainnya tidak dapat teridentifikasi. Padahal, kelompok rentan lain, seperti warga dengan penyakit penyerta, ibu hamil, masyarakat adat, difabel, dan lainnya merupakan kelompok dengan risiko terinfeksi tertinggi.

Oleh karena itu, PN PRIMA membantu meningkatkan persentase tersebut dengan memberdayakan kader terlatih melakukan pendataan, pendampingan, dan advokasi. Tidak hanya menyasar kelompok lansia saja, namun juga kelompok dengan penyakit penyerta (hipertensi,DB, stroke, dan jantung), Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS), ibu hamil, penderita TB, penyandang disabilitas, ODGJ, ODHIV dan transgender.

Alhasil, selama Maret hingga September Kader PRIMA mampu mendampingi 5.292 individu rentan untuk didaftarkan vaksinasi COVID-19. Sebanyak 4.528 di antaranya berhasil dapatkan vaksinasi baik dosis 1, 2 maupun 3. Bahkan, terdapat 111 individu rentan yang didampingi memperoleh tiga dosis vaksinasi (dosis lengkap) selama 6 bulan pendampingan.

Keberhasilan ini patut disyukuri banyak pihak di tengah resistensi penolakan vaksinasi. Terutama penolakan karena hambatan perilaku sosial maupun informasi yang paling banyak ditemui kader PRIMA di lapangan.

Ibu Tri (berbaju oranye) lakukan sosialisasi kegiatan vaksinasi di salah satu mall di Kota Bandung (Sumber gambar: Dok. Tri Yani)

“Kalau tempat berdekatan (dengan puskesmas) biasanya kita antarkan langsung (setelah diedukasi),” tuturnya. Namun, jika ada lansia yang menolak vaksin, ia pun tidak menganggapnya masalah. Menurutnya, kecenderungan lansia menolak vaksin biasanya sama, mereka merasa tidak ke mana-mana dan merasa pandemi telah usai.

Untuk menanggapi hal ini, biasanya Ibu Tri menjelaskan situasi penanganan wabah di Indonesia, khususnya mengenai kasus yang mulai naik kembali. Di samping lansia, ibu hamil juga menjadi target vaksinasi yang kadang kala menolak.

Alasannya, banyak dari mereka yang takut vaksin akan mengganggu kesehatan diri dan janin. Beberapa yang menolak berasal dari kelompok ibu hamil di masa lanjut, sekitar di atas 7 bulan masa kehamilan.

“Ada yang sudah 8 bulan masa kehamilan, bilangnya setelah melahirkan mau divaksin. Tapi, begitu selesai melahirkan justru menghilang tanpa kabar.”

Salah satu upaya meyakinkan individu rentan agar mau divaksin adalah dengan menerapkan strategi komunikasi. Strategi ini disusun melalui pendekatan (Social and Behavior Change Communication/SBCC) dan disampaikan sebagai satu materi kunci pada pelatihan kader. Pendekatan ini mengedepankan argumentasi apresiatif guna menghindari penolakan akibat ketersinggungan atau kesalahan di awal komunikasi.

Strategi lainnya adalah merekrut Kader PRIMA dengan latar belakang yang beragam. Tidak hanya kader kesehatan, seperti kader posyandu, tetapi juga kader dengan latar belakang lain, seperti kader sosial, TKSK, karang taruna maupun pengurus RT/RW. Kader-kader dengan latar belakang ini terbukti miliki kedekatan yang baik terhadap berbagai kelompok rentan di wilayahnya. Misalnya dengan kelompok rentan PPKS dan ODGJ.

Kader PRIMA juga didorong untuk berkontribusi pada kegiatan sentra vaksinasi yang dilakukan puskesmas. Seperti membantu pelayanan vaksinasi doo-to-door ke kelompok rentan, lakukan integrasi pemberian bansos dengan vaksinasi, membantu mobile vaksinasi pada tingkat RW, ikut serta dalam kegiatan vaksinasi di malam hari dan di luar jam kerja puskesmas, membantu advokasi ke RT/RW untuk kelompok rentan yang perlu pendampingan administrasi hingga mengantarkan individu rentan ke puskesmas.

Penulis:
FEBRIANSYAH SOEBAGIO